Mayoritas bursa Asia-Pasifik cenderung menguat pada perdagangan Senin (1/4/2024), di tengah sikap investor yang sedang menimbang dampak dari bangkitnya kembali sektor manufaktur China.

Per pukul 08:14 WIB, indeks Straits Times Singapura naik tipis 0,01% dan KOSPI Korea menguat 0,52%. Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang turun tipis 0,02%.

Sementara untuk pasar saham Australia dan Hong Kong pada hari ini belum dibuka karena sedang libur Hari Paskah.

Dari China, pada Minggu kemarin, data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi resmi (NBS) periode Maret 2024 telah dirilis.
PMI manufaktur China periode Maret 2024 versi NBS dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 50,8, dari sebelumnya di angka 49,1 pada Februari lalu. Ini menjadi yang pertama kalinya sejak September 2023 di mana PMI manufaktur China terus mencatatkan kontraksi sejak periode tersebut.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi. Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur China sudah kembali bergeliat, setelah lima bulan beruntun berkontraksi.

Indikator-indikator positif baru-baru ini menunjukkan bahwa ekonomi China perlahan-lahan kembali ke kondisi yang lebih baik, sehingga menyebabkan para analis mulai meningkatkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk tahun ini.

Para pengambil kebijakan telah bergulat dengan kelesuan ekonomi yang terus-menerus sejak dicabutnya pembatasan ketat Covid di China pada akhir tahun 2022.

"Data bulan Maret menunjukkan perekonomian siap untuk mengakhiri kuartal pertama dengan kuat," jelas China Beige Book, sebuah perusahaan penasihat dalam sebuah catatan minggu lalu.

Namun, kemerosotan yang mendalam di sektor properti raksasa Asia ini masih menjadi hambatan besar terhadap pertumbuhan, dan menguji kesehatan pemerintah daerah yang banyak berutang dan neraca bank-bank milik negara.

Perdana Menteri Li Qiang mengumumkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2024 yang ambisius sekitar 5% pada awal bulan ini pada pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional.

Kabinet China pada tanggal 1 Maret menyetujui rencana untuk mempromosikan peningkatan peralatan skala besar dan penjualan barang-barang konsumsi.

Kepala perencana negara mengatakan pada konferensi pers awal bulan ini bahwa rencana tersebut dapat menghasilkan permintaan pasar lebih dari 5 triliun yuan (US$ 691,63 miliar) per tahun.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah bervariasinya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada Kamis pekan lalu atau sebelum libur panjang dalam rangka Hari Jumat Agung.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, indeks Dow Jones ditutup menguat 0,12%, S&P 500 naik 0,11%. Namun untuk Nasdaq Composite berakhir melemah 0,12%.

Investor di pekan lalu merespons baik dari komentar Dewan Gubernur The Fed, Christopher Waller, yang telah berbicara di Economic Club of New York pada Rabu lalu.
Optimisme terhadap pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada akhir tahun ini juga menambah keuntungan.

Namun, ada sedikit kabar kurang menggembirakan, di mana inflasi PCE kembali naik pada periode Februari 2024. Inflasi PCE secara tahunan (year-on-year/yoy) naik menjadi 2,5%, dari sebelumnya pada Januari lalu sebesar 2,4%. Meski begitu, angka ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE cenderung melandai sedikit menjadi 0,3%.

Sementara untuk inflasi PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi meningkat 2,8% pada Februari lalu, lebih rendah sedikit dari posisi Januari lalu yang tumbuh 2,9%. Angka ini juga sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Meskipun The Fed mempertimbangkan kedua ukuran tersebut ketika membuat kebijakan, mereka menganggap inti sebagai ukuran yang lebih baik untuk mengukur tekanan inflasi jangka panjang.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, trader melihat peluang 70% bahwa The Fed akan memulai siklus pelonggarannya pada pertemuan Juni.

Pada pekan ini, investor akan memantau data tenaga kerja di AS, mulai dari data pembukaan lapangan kerja versi JOLTS, data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP), dan data tingkat pengangguran.