Bursa Asia-Pasifik bergerak beragam pada pembukaan perdagangan Jumat (22/3/2024), sebagian berusaha melanjutkan reli pada sesi perdagangan sebelumnya atas sambutan baik dari keputusan The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) untuk tetap bersikap dovish dan penurunan suku bunga Swiss National Bank yang mengejutkan.

Indeks Hang Seng Hong Kong, KOSPI Korea Selatan dan Shanghai Composite China dibuka lebih rendah, berusaha berbalik arah untuk melanjutkan reli pada sesi perdagangan sebelumnya.

Pada hari Rabu kemarin, The Fed kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% untuk kelima kalinya secara beruntun, hal ini menjadi kabar positif bagi pasar Asia.

Selain itu, penurunan suku bunga Swiss National Bank yang mengejutkan dianggap sebagai pertanda arah pelonggaran kebijakan bank-bank sejenis lainnya pada tahun ini.
Drama hari Kamis terjadi di Swiss, di mana Swiss National Bank memangkas suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin menjadi 1,50%, sebuah kejutan yang menyebabkan mata uangnya melemah terhadap dolar AS.

Perkiraan pasar saat ini mencerminkan ekspektasi bahwa The Fed dan Bank Sentral Eropa akan mulai menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan Juni mendatang.
Kemudian, beralih ke Asia, inflasi inti di Jepang meningkat, hal ini mengacaukan prospek Bank of Japan (BoJ).

Inflasi inti Jepang meningkat pada periode Februari namun indeks yang mengukur tren harga secara luas melambat tajam, menyoroti ketidakpastian mengenai seberapa cepat bank sentral akan menaikkan suku bunganya lagi.

Indeks harga konsumen inti (CPI), yang tidak termasuk makanan segar namun mencakup barang-barang energi, naik 2,8% pada bulan Februari dari tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan, sesuai dengan perkiraan median pasar.

Angka ini meningkat dari kenaikan 2,0% di bulan Januari yang sebagian besar disebabkan oleh efek dasar (base effect) dari peluncuran subsidi energi tahun lalu.

Namun inflasi yang diukur dengan indeks yang menghilangkan dampak bahan bakar, yang diawasi ketat oleh BoJ sebagai indikator tren harga yang lebih luas, melambat menjadi 3,2% pada bulan Februari dari 3,5% pada bulan Januari, menandai laju tahunan paling lambat sejak Januari 2023.

Beberapa analis memperkirakan inflasi akan segera melambat di bawah target Bank of Japan (BoJ) sebesar 2% pada akhir tahun ini karena permintaan domestik masih lemah.

Pasar sedang mencari petunjuk kapan BoJ selanjutnya akan menaikkan suku bunga setelah keputusannya pada hari Selasa untuk keluar dari program stimulus radikalnya, sehingga membuat pergeseran bersejarah dari fokus pada pertumbuhan kembali melalui pelonggaran moneter yang agresif.

Perekonomian Jepang tumbuh sebesar 0,4% secara tahunan pada kuartal terakhir tahun lalu, menghindari resesi karena belanja modal yang kuat mengimbangi kelemahan konsumsi.

Namun BoJ merevisi penilaian ekonominya pada hari Selasa dan memperingatkan tanda-tanda lemah dalam konsumsi dan output, menimbulkan keraguan terhadap kekuatan pemulihan Jepang.