Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dalam valuta asing (valas) melambat signifikan per Februari 2024. Hal ini seiring dengan kondisi rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat.

Menurut Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa hal itu terjadi lantaran masyarakat kelas menengah mengambil keuntungan dari hal tersebut. "Ketika rupiah melemah, karena mahal [dolar] dia ambil untung. Paling banyak kelas menengah, tabungan Rp 100 juta-Rp 200 juta dan Rp 500 juta-Rp 1 miliar," katanya saat bertemu dengan media di Jakarta, dikutip Jumat (22/3/2024).

Pada periode yang sama DPK valas korporasi juga ikut melambat. Per Januari 2024, DPK valas korporasi tumbuh 5% yoy, sedangkan pada bulan selanjutnya hanya 1,6% yoy. "Kemungkinan besar mereka pakai dana untuk bisnis, jadi DPK valas melambat," katanya.
Kendati demikian, ruang pertumbuhan DPK valas masih ada seiring dengan dana asing yang mengalir masuk ke Indonesia.
 
Purbaya memperkirakan ke depan nilai tukar rupiah akan kembali normal, seiring dengan penguatan ekonomi domestik yang makin membaik.
 
"Kalau saya lihat pemilu udah selesai. Harusnya nanti, arahnya ke depan lebih stabil. Saat ekonomi stabil, akan ada dana-dana baru yang masuk ke sini, jadi harusnya sih rupiah akan cenderung menguat dan DPK valas akan tumbuh dengan level normal lagi," katanya.
Sebagai informasi, rupiah menyentuh level paling lemah tahun ini pada level Rp 15.826 per dolar AS pada 25 Januari 2024. Adapun sepanjang tahun berjalan, hingga 21 Maret 2024, dolar telah naik 2,09%.