Harga minyak mentah kompak bergerak lebih rendah pada awal perdagangan hari ini, melanjutkan penurunan pada pekan lalu karena kekhawatiran The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) tidak akan mampu memangkas suku bunganya.

Pasalnya hal itu akan membuat dolar AS menguat dan menghambat permintaan minyak, seiring dengan harga minyak yang lebih mahal bagi negara pemegang mata uang lain. 

Adapun pada awal perdagangan hari ini Senin (18/3/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,01% di posisi US$ 81,03 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent bergerak lebih rendah atau turun 0,02% di posisi US$ 85,32 per barel.

Pada perdagangan Jumat (15/3/2024), harga minyak mentah WTI ditutup terkoreksi 0,27% di posisi US$ 81,04 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terdepresiasi 0,09% di posisi US$ 85,34 per barel.

Harga minyak turun pada perdagangan Jumat, sehari setelah harga minyak brent mencapai US$85 per barel untuk pertama kalinya sejak November 2023, namun harga minyak diperkirakan akan berbalik menguat pada pekan ini karena meningkatnya permintaan dari kilang-kilang AS yang menyelesaikan perombakan yang telah direncanakan.

"Pasokan semakin ketat. Harga minyak berisiko naik lebih tinggi," ujar Phil Flynn, analis di Price Futures Group.
 
Namun ada kekhawatiran The Federal Reserve AS tidak akan mampu memangkas suku bunganya karena inflasi masih di atas target bank sentral sebesar 2%, tambah Flynn.
Dalam perkembangan terpisah, Badan Energi Internasional (IEA) pada hari Kamis mengangkat pandangannya mengenai permintaan minyak pada 2024 untuk keempat kalinya sejak November 2023 karena serangan Houthi telah mengganggu pengiriman Laut Merah.

Permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 1,3 juta barel per hari pada 2024, menurut laporan terbarunya IEA, naik 110.000 barel per hari dari bulan lalu. Mereka memperkirakan akan terjadi sedikit defisit pasokan tahun ini jika anggota OPEC+ mempertahankan pengurangan produksi mereka setelah sebelumnya memperkirakan akan terjadi surplus.

Perusahaan-perusahaan energi AS pekan lalu menambah jumlah rig minyak dan gas alam dalam jumlah terbesar dalam seminggu sejak September 2023, dengan jumlah rig minyak juga meningkat ke level tertinggi dalam enam bulan, menurut laporan perusahaan jasa energi Baker Hughes (BKR.O) pada hari Jumat.

Sementara itu, jumlah rig minyak dan gas, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, naik tujuh rig menjadi 629 rig dalam pekan yang berakhir 15 Maret. Baker Hughes mengatakan rig minyak naik enam rig menjadi 510 pada minggu ini, tertinggi sejak September 2023, sementara rig gas bertambah satu menjadi 116 rig.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.