Harga minyak dunia turun lebih dari 2 persen di tengah meningkatnya kekhawatiran atas lemahnya permintaan BBM setelah AS merilis data pasokan yang berlimpah ruah.
Dikutip dari antara, Kamis (8/12), minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari turun 3 persen menjadi menetap di US$72,01 per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent pun untuk pengiriman Februari merosot hampir 2,8 persen menjadi US$77,17 per barel di London ICE Futures Exchange. Penurunan ini terendah sejak awal Desember lalu.
Harga minyak memang tengah terpukul baru-baru ini di tengah kecemasan bahwa kondisi ekonomi makro yang memburuk akan melumpuhkan permintaan energi.
Data AS pada Rabu (7/12), menunjukkan peningkatan besar stok bensin dan bahan bakar sulingan AS menambah kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan bahan bakar.
Badan Informasi Energi AS (EIA) juga melaporkan bahwa total stok bensin AS meningkat sebesar 5,3 juta barel selama pekan terakhir dan persediaan bahan bakar sulingan melonjak sebesar 6,2 juta barel.
Analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan laporan itu menunjukkan kenaikan 2,9 juta barel untuk bensin dan 1,9 juta barel untuk sulingan.
Peningkatan stok bahan bakar ini bahkan melebihi penarikan minyak mentah sebanyak 5,2 juta barel, dimana sebelumnya American Petroleum Institute (API) melaporkan penarikan persediaan minyak mentah sekitar 6,4 juta barel.
Sementara itu, menurut EIA, persediaan minyak mentah komersial AS turun 5,2 juta barel pekan lalu. Hal ini memberikan beberapa dukungan terhadap harga minyak.
Selain itu, China juga mengumumkan perubahan paling besar pada rezim anti-covid-19 sejak pandemi dimulai. Sementara, kantor berita RIA mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Rusia menyebutkan Moskow khawatir tentang penumpukan kapal tanker minyak di Selat Bosphorus.
Setidaknya 20 kapal tanker minyak yang mengantre dari Turki menghadapi lebih banyak penundaan untuk menyeberang dari pelabuhan Laut Hitam Rusia ke Mediterania.
Alasannya, operator berlomba-lomba untuk mematuhi aturan asuransi baru Turki yang ditambahkan menjelang batas harga G7 pada minyak.