Saham emiten batu bara melemah pada awal perdagangan hari ini, Jumat (21/1/2022). Para investor tampaknya mulai melakukan aksi ambil untung setelah saham batu bara cenderung naik setidaknya sejak Kamis kemarin (20/1).
Berikut kinerja saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.29 WIB.
Atlas Resources (ARII), turun -3,20%, ke Rp 242/saham
Golden Eagle Energy (SMMT), -3,16%, ke Rp 306/saham
Perdana Karya Perkasa (PKPK), -2,36%, ke Rp 248/saham
Delta Dunia Makmur (DOID), -1,64%, ke Rp 240/saham
ABM Investama (ABMM), -1,45%, ke Rp 1.360/saham
Bayan Resources (BYAN), -1,44%, ke Rp 34.225/saham
Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), -1,41%, ke Rp 70/saham
Adaro Energy (ADRO), -1,30%, ke Rp 2.280/saham
Harum Energy (HRUM), -1,12%, ke Rp 11.000/saham
Prima Andalan Mandiri (MCOL), -1,12%, ke Rp /3.530saham
Alfa Energi Investama (FIRE), -0,54%, ke Rp 370/saham
Indo Tambangraya Megah (ITMG), -0,36%, ke Rp 20.750/saham
Bukit Asam (PTBA), -0,35%, ke Rp 2.810/saham
Indika Energy (INDY), -0,32%, ke Rp 1.580/saham
Menurut data di atas, saham ARII menjadi yang paling melemah, yakni hingga 3,20% ke Rp 242/saham.
Kemudian, SMMT juga ambles 3,16%, menghentikan tren kenaikan selama 7 hari beruntun.
Saham PKPK dan DOID juga masing-masing turun 2,36% dan 1,64% pagi ini.
Sementara, harga batu bara turun lumayan dalam. Pasokan dari Indonesia yang terus masuk ke pasar dunia membuat lonjakan harga si batu hitam reda.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 206,1/ton. Ambles 3,8% dari posisi hari sebelumnya.
Koreksi ini membuat harga batu bara sah turun tiga kali beruntun. Selama tiga hari tersebut, harga anjlok 5,02%.
Perkembangan dari Indonesia sepertinya masih menjadi warna dominan penentu harga batu bara. Awal bulan ini, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor batu bara karena stok di pembangkit listrik nasional yang kritis. Kebijakan ini rencananya diberlakukan selama sebulan.
Namun kemudian pemerintah ternyata mengizinkan ekspor, dengan syarat perusahaan produsen batu bara sudah memenuhi kewajiban pemenuhan kebutuhan domestik (Domestic Market Obligation/DMO). Perkembangan ini membuat keran ekspor batu bara menjadi terbuka.
Belum sampai sebulan, sudah 75 kapal pengangkut batu bara yang berangkat ekspor. Sebanyak 75 kapal itu adalah milik 139 perusahaan.
Adapun terdapat 12 kapal pengangkut batu bara yang belum memenuhi 100% DMO tetapi sudah mengirimkan surat untuk pengangkutan, maka dari itu ke 12 kapal tersebut akan dikenakan sanksi. Sementara itu juga terdapat sebanyak sembilan kapal dari trader yang juga diizinkan berangkat dengan alasan tidak memiliki kewajiban DMO 25%.Baca: Ditolak! Skema BLU Batu Bara Melanggar Ketentuan UU Minerba
"Sudah mencabut (larangan ekspor) bagi beberapa kapal berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas," ungkap Ridwan Djamaluddin, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Awalnya, harga batu bara sempat 'terbang' karena aturan larangan ekspor tersebut. Misalnya pada periode 4-6 Januari 2022, harga melambung 18,85%. Kemudian pada 12-17 Januari 2022 harga meroket 29,09%.
Maklum, Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar dunia. Saat tidak ada pasokan dari Indonesia, pasar batu bara dunia akan terasa hampa sehingga harga terdongkrak. Jadi ketika suplai batu bara Indonesia berangsur-angsur mulai masuk, harga pun mulai 'jinak'.
Golden Eagle Energy (SMMT), -3,16%, ke Rp 306/saham
Perdana Karya Perkasa (PKPK), -2,36%, ke Rp 248/saham
Delta Dunia Makmur (DOID), -1,64%, ke Rp 240/saham
ABM Investama (ABMM), -1,45%, ke Rp 1.360/saham
Bayan Resources (BYAN), -1,44%, ke Rp 34.225/saham
Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), -1,41%, ke Rp 70/saham
Adaro Energy (ADRO), -1,30%, ke Rp 2.280/saham
Harum Energy (HRUM), -1,12%, ke Rp 11.000/saham
Prima Andalan Mandiri (MCOL), -1,12%, ke Rp /3.530saham
Alfa Energi Investama (FIRE), -0,54%, ke Rp 370/saham
Indo Tambangraya Megah (ITMG), -0,36%, ke Rp 20.750/saham
Bukit Asam (PTBA), -0,35%, ke Rp 2.810/saham
Indika Energy (INDY), -0,32%, ke Rp 1.580/saham
Menurut data di atas, saham ARII menjadi yang paling melemah, yakni hingga 3,20% ke Rp 242/saham.
Kemudian, SMMT juga ambles 3,16%, menghentikan tren kenaikan selama 7 hari beruntun.
Saham PKPK dan DOID juga masing-masing turun 2,36% dan 1,64% pagi ini.
Sementara, harga batu bara turun lumayan dalam. Pasokan dari Indonesia yang terus masuk ke pasar dunia membuat lonjakan harga si batu hitam reda.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 206,1/ton. Ambles 3,8% dari posisi hari sebelumnya.
Koreksi ini membuat harga batu bara sah turun tiga kali beruntun. Selama tiga hari tersebut, harga anjlok 5,02%.
Perkembangan dari Indonesia sepertinya masih menjadi warna dominan penentu harga batu bara. Awal bulan ini, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor batu bara karena stok di pembangkit listrik nasional yang kritis. Kebijakan ini rencananya diberlakukan selama sebulan.
Namun kemudian pemerintah ternyata mengizinkan ekspor, dengan syarat perusahaan produsen batu bara sudah memenuhi kewajiban pemenuhan kebutuhan domestik (Domestic Market Obligation/DMO). Perkembangan ini membuat keran ekspor batu bara menjadi terbuka.
Belum sampai sebulan, sudah 75 kapal pengangkut batu bara yang berangkat ekspor. Sebanyak 75 kapal itu adalah milik 139 perusahaan.
Adapun terdapat 12 kapal pengangkut batu bara yang belum memenuhi 100% DMO tetapi sudah mengirimkan surat untuk pengangkutan, maka dari itu ke 12 kapal tersebut akan dikenakan sanksi. Sementara itu juga terdapat sebanyak sembilan kapal dari trader yang juga diizinkan berangkat dengan alasan tidak memiliki kewajiban DMO 25%.Baca: Ditolak! Skema BLU Batu Bara Melanggar Ketentuan UU Minerba
"Sudah mencabut (larangan ekspor) bagi beberapa kapal berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas," ungkap Ridwan Djamaluddin, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Awalnya, harga batu bara sempat 'terbang' karena aturan larangan ekspor tersebut. Misalnya pada periode 4-6 Januari 2022, harga melambung 18,85%. Kemudian pada 12-17 Januari 2022 harga meroket 29,09%.
Maklum, Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar dunia. Saat tidak ada pasokan dari Indonesia, pasar batu bara dunia akan terasa hampa sehingga harga terdongkrak. Jadi ketika suplai batu bara Indonesia berangsur-angsur mulai masuk, harga pun mulai 'jinak'.