Indeks dolar (DXY) terpantau melambung signifikan tampaknya akan membuat rupiah semakin tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir data Refinitiv, rupiah terpantau kembali terdepresiasi di hadapan dolar AS sebesar 0,18% ke level Rp16.400/US$ pada perdagangan kemarin, Rabu (26/6/2024). Rupiah masih berada di level terpuruk sejak Pandemi Covid-19.

Tekanan rupiah tampaknya masih berlanjut pada hari ini, Kamis (27/6/2024). Pasalnya, indeks dolar AS (DXY) masih terus menguat. CNBC Indonesia memantau hingga pagi ini pukul 07.50 WIB yang sudah melambung 0,41% mencapai lebih dari 106. DXY semakin mendekati posisi tertinggi-nya pada akhir April 2024.

Sementara itu di pasar Non-Deliverable Market (NDF), rupiah sudah terlihat kembali terpuruk ke atas Rp16.400/US$. Melansir data google finance pada hari ini hingga pukul 07.00 WIB, rupiah bertengger di Rp16.431,10/US$.

Tantangan nilai tukar rupiah masih terus hadir khususnya setelah The Conference Board menunjukkan bahwa Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) AS sedikit mengalami penurunan menjadi 100,4 pada Juni 2024 dari 101,3 pada Mei 2024.

"Kepercayaan konsumen mengalami penurunan pada bulan Juni tetapi tetap berada dalam rentang yang sempit yang telah bertahan selama dua tahun terakhir, karena kekuatan pandangan terhadap pasar tenaga kerja saat ini terus mengalahkan kekhawatiran tentang masa depan," ujar The Conference Board

Selain itu, takutnya investor untuk masuk ke pasar keuangan dalam negeri disinyalir terjadi akibat para menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai tidak akur soal kebijakan.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan menilai stabilitas politik saat ini bukanlah isu yang membuat rupiah melemah maupun investor ragu. Menurut dia, kekompakan antar kementerian yang justru membuat para investor tidak percaya.

Aviliani mencontohkan polemik mengenai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 tentang impor. Peraturan yang terus menerus direvisi, kata dia, menunjukkan tidak adanya harmonisasi dalam pembentukan aturan, hingga menyebabkan dunia usaha kebingungan.

"Kalau dunia usaha bingung, bagaimana investor," kata dia.

Jokowi pun sempat menegaskan bahwa situasi yang kondusif akan memberikan persepsi positif kepada dunia tentang Indonesia. Sebaliknya, kata dia, turbulensi bakal membuat investor takut masuk RI dan membuat nilai tukar rupiah jatuh.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah masih terlihat kokoh dalam tren pelemahan. Kini resistance Rp16.430/US$ menjadi target pelemahan lanjutan yang diambil dari high candle intraday kemarin, Rabu (26/6/2024).

Sementara itu, untuk support terdekat atau jika ada pembalikan arah menguat bisa dicermati pada posisi Rp16.350/US$, ini diambil dari low candle intraday pada 20 Juni 2024, sekaligus bertepatan dengan garis MA200.