Mayoritas bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan Jumat (7/1/2022), setelah sempat terkoreksi selama dua hari beruntun karena investor merespons negatif dari potensi dipercepatnya pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,76%, Hang Seng Hong Kong melesat 0,87%, Shanghai Composite China naik 0,1%, Straits Times Singapura bertambah 0,56%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,55%.
Meskipun indeks Nikkei cenderung melesat, tetapi kabar kurang menggembirakan yakni seputaran virus corona (Covid-19) datang, di mana per 5 Januari 2022, kasus positif Covid-19 di Jepang mencapai 2.040 orang, tertinggi sejak 30 Oktober 2021.
Dalam sepekan hingga 5 Januari 2022, total kasus harian adalah 6.055 orang atau rata-rata 865 orang per hari. Melonjak dibandingkan dengan seminggu sebelumnya yaitu total 2.272 orang, rerata 324 orang saban harinya.
Situasi ini membuat pemerintah Negeri Matahari Terbit tersebut tidak punya pilihan lain. Pembatasan sosial (social distancing) kembali diketatkan, terutama di daerah tempat pangkalan militer AS yang berada di Okinawa.
Pada hari ini, bursa Asia cenderung menguat, berlawanan arah dengan bursa saham AS, Wall Street yang kembali melemah pada perdagangan Kamis waktu setempat, meskipun pelemahan mulai terpangkas.
Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,47% ke level 36.236,469, S&P 500 turun 0,1% ke 4.696,07, dan Nasdaq terkoreksi 0,13% ke posisi 15.080,87.
Kemarin, pelaku pasar khawatir dan menyebabkan pasar saham global terjatuh cukup besar setelah notula rapat dari pertemuan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) periode Desember 2021 menunjukkan bahwa para pejabat The Fed siap untuk bersikap lebih agresif atau hawkish dan ingin segera mengakhiri periode kebijakan moneter longgar.
"Para peserta rapat secara umum mencatat bahwa tidak bisa menghindari kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta rapat juga mencatat sudah saatnya mengurangi beban neraca (balance sheet) setelah kenaikan Federal Funds Rate," sebut notula itu.
Mengutip CME FedWatch, pasar memprediksi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya setelah rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret 2022, di mana probabilitas CME tersebut mencapai 64,1%.
Hal ini membuat imbal hasil (yield) surat berharga pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun kembali meningkat hingga mencapai level 1,75% pada perdagangan kemarin waktu AS.
Namun pada penutupan perdagangan kemarin, yield Treasury bertenor 10 tahun ditutup turun sedikit ke level 1,7228%.
Kenaikan suku bunga acuan membuat investor cenderung melirik ke aset berpendapatan tetap seperti obligasi pemerintah, karena imbal hasilnya (yield) akan ikut terkerek dan investor cenderung meninggalkan pasar saham.