Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,03% ke 6.600,677 Rabu kemarin, setelah sempat menguat 0,35% kemudian melemah 0,2%. Meski tipis, IHSG sudah sukses menguat 5 hari beruntun dan berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Kamis (30/12).
Kabar baik mengenai Omicron membuat indeks S&P 500 kembali menguat dan mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa ke 70 sepanjang tahun ini. Indeks S&P 500 tercatat menguat 0,14% ke 4.793,06, kemudian indeks Dow Jones naik 0,25% dan membukukan penguatan 5 hari beruntun.
Penguatan tersebut tentunya bisa memberikan sentimen positif ke pasar Asia hari ini. Apalagi, kabar baik terkait virus corona terus bermunculan di pekan ini. Terbaru, John Bell, profesor kedokteran di Universitas Oxford serta penasehat pemerintah Inggris menyatakan pemandangan horor gelombang Covid-19 sudah menjadi sejarah.
Saat berbicara di BBC Radio 4, Bell menganalisa data dari Inggris di mana penambahan kasus per hari mencapai rekor tertinggi, dan penerimaan pasien di rumah sakit berada di level tertinggi sejak bulan Maret. Tetapi, Bell mengatakan jumlah orang yang berada di ICU, khususnya yang sudah divaksinasi masih sangat, sangat rendah.
"Jumlah orang yang sakit parah dan meninggal akbat Covid-19 secara mendasar tidak mengalami perubahan sejak kita divaksinasi dan itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diingat," kata Bell kepada BBC sebagaimana diwartakan CNBC International, Rabu (29/12).
"Adegan horor yang kita lihat setahun lalu, ruang ICU penuh, banyak orang meninggal sebelum waktunya, dalam pandangan saya itu sekarang sudah menjadi sejarah dan kita harus meyakini hal ini akan terus berlanjut," tambah Bell.
Secara teknikal, penguatan IHSG kemarin masih tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), di kisaran 6.610 hingga 6.620 yang merupakan resisten kuat.
Selama tertahan di bawah MA 50, tekanan IHSG menjadi cukup besar. IHSG kini sudah 9 hari di bawah MA 50. Jika level tersebut ditembus hari ini, IHSG berpeluang menguat ke 6.650.
Di sisi lain, IHSG juga belum lepas dari tekanan pola Shooting Star pada Senin (13/12), yang membuat bursa kebanggaan Tanah Air jeblok sehari setelahnya.
Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari.

Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Tekanan bagi IHSG semakin besar melihat indikator Stochastic berada di dekat wilayah jenuh beli (overbought) pada grafik 1 jam.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Selain itu pergerakan Selasa (28/12) membuat IHSG membentuk gap (celah). Secara teknikal gap tersebut biasanya akan ditutup di kisaran 6.570 yang juga menjadi support terdekat. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuat IHSG merosot ke 6.525 hingga 6.500.