Saham emiten batu bara menguat pada awal perdagangan hari ini, Selasa (28/12/2021), di tengah harga batu bara kembali dalam tren naik.
Berikut kinerja saham batu bara berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 09.18 WIB.
  1. Perdana Karya Perkasa (PKPK), saham +7,61%, ke Rp 212/saham

  2. Golden Energy Mines (GEMS), +7,01%, ke Rp 8.400/saham

  3. Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), +2,78%, ke Rp 74/saham

  4. Indika Energy (INDY), +2,61%, ke Rp 1.570/saham

  5. Harum Energy (HRUM), +2,21%, ke Rp 10.400/saham

  6. Adaro Energy (ADRO), +1,83%, ke Rp 2.200/saham

  7. Indo Tambangraya Megah (ITMG), +0,87%, ke Rp 20.325/saham

  8. Alfa Energi Investama (FIRE), +0,86%, ke Rp 468/saham

  9. United Tractors (UNTR), +0,79%, ke Rp 22.200/saham

  10. Delta Dunia Makmur (DOID), +0,76%, ke Rp 266/saham

  11. Bukit Asam (PTBA), +0,74%, ke Rp 2.720/saham

  12. ABM Investama (ABMM), +0,69%, ke Rp 1.465/saham

  13. Mitrabara Adiperdana (MBAP), +0,28%, ke Rp 3.610/saham

Saham PKPK memimpin kenaikan sebesar 7,61% ke Rp 212/saham, usai melemah selama tiga hari beruntun. Dalam sepekan, saham PKPK masih melejit 23,08% dan dalam sebulan melesat 25,53%.
Di posisi kedua, saham GEMS terkerek naik 7,01% ke Rp 8.400/saham, melanjutkan reli kenaikan sejak 3 hari lalu. Alhasil, dalam sepekan, saham GEMS melambung 44,54% dan dalam sebulan mendaki 99,54%.
Setali tiga uang, saham BOSS dan INDY juga masing-masing naik 2,78% dan 2,61% pagi ini.
Harga batu bara ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Harga si batu hitam sedang dalam tren ciamik.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 170,1/ton. Naik 0,71% dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara membukukan kenaikan 1,16% secara point-to-point. Dalam sebulan terakhir, harga melesat 6,78%.
Masa depan batu bara sebetulnya suram. Kesadaran dunia yang semakin tinggi akan ancaman krisis iklim membuat sumber energi fosil yang kotor seperti batu bara sulit mendapat tempat.
Bahkan negara produsen, konsumen, dan eksportir batu bara besar seperti Australia bakal meninggalkan sumber energi tersebut. Australian Energy Market Operator (AEMO) akan menyusun rencana untuk mencapai netral karbon pada 2050.
Dalam rencana tersebut, Australia diperkirakan bakal meninggalkan sepenuhnya pembangkit listrik bertenaga batu bara pada 2043. "Tidak ada lagi pembangkitan listrik dengan batu bara pada 2043," tegas Daniel Westerman, CEO AEMO, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Batu bara, lanjut Westerman, akan digantikan oleh sumber energi lain seperti matahari, hidro, gas, dan sebagainya. Dibutuhkan investasi sekitar AU$ 12 miliar untuk membangun berbagai infrastruktur tersebut.
Meski masa depan batu bara suram, tetapi itu masa depan. Tidak hari, karena hari ini batu bara masih menjadi sumber energi pembangkit listrik utama di banyak negara.
Oleh karena itu, permintaan batu bara akan tetap tinggi. Faktor ini yang membuat harga batu bara terus terdongkrak.